“ WAJAH BURAM BIROKRASI KAMPUS"
Sejak masa
reformasi bergulir birokrasi selalu menjadi sorotan. Ungkapan mengenai
reformasi birokrasi pun muncul. Tak hayal banyak penilaian yang datang dari berbagai
pihak mengenai kinerja birokrasi itu
sendiri. Berbagai macam indikator digunakan. Salah satunya adalah dengan
melihat bagaimana cara para penggerak motor birokrasi menjalankan tugasnya,
yaitu memberikan pelayanan. Tak jarang selalu jawaban yang tak sedap yang kerap
kali terdengar.
Ruang lingkup birokrasi sangatlah
luas. Urgensinya karena mendapatkan pelayanan yang baik adalah kebutuhan setiap
orang, kapan saja, dan dimana saja. Salah satu contoh ruang lingkup birokrasi dalam
taraf kecil ialah birokrasi kampus. Dimana,
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) didalam menjalankan pelayanan guna mewujudkan
pendidikan yang tepat adalah tupoksi yang dimiliki oleh birokrasi kampus.
Lalu sudahkah banyak mahasiswa yang merasakan
pelayanan baik di lingkungan kampus tercintanya? Saya rasa belum sepenuhnya. Masih
banyak birokrasi kampus yang belum benar-benar memahami tupoksi yang dimiliki, sehingga
belum secara maksimal memberikan pelayanan baik kepada mahasiswa. Walaupun
demikian, sebenarnya masih tampak birokrasi kampus yang menjalankan tupoksinya
dengan baik, namun tentunya dengan jumlah yang tak mendominasi.
Salah
satu contoh kasus yang masih sering terjadi ialah ketika mahasiswa datang untuk
menanyakan berbagai informasi kepada bagian kemahasiswaan, akademik, pusat
komunikasi, dan badan-badan kampus penting lainnya, mahasiswa tak jarang di
sambut dengan nada, bahasa, mimik wajah yang kurang bersahabat. Kasus seperti
inilah yang menjadikan wajah birokrasi kampus jauh dari kata sempurna.
Kurangnya Pemahaman
Jauh beberapa
tahun yang lalu sebelum munculnya ungkapan reformasi birokrasi , Max Weber
sebagai pencetus utama istilah birokrasi mengungkapkan beberapa konsep mengenai
birokrasi ideal. Dimana secara keseluruhan Weber menyatakan, birokrasi
mempunyai semangat melayani tanpa mengenai orang tertentu yang formalistis (spirit
of formalistic impersonality) esensi dari konsep yang diungkapkan Weber ini
ialah Birokrasi adalah tipe organisasi yang paling efisien (bureaucracy is the most efficient
type of organization).
Birokrasi
kampus hari ini sangat bertolak belakang dengan konsep birokrasi ideal yang
diungkapkan oleh Weber. Stereotip terhadap birokrasi kampus oleh mahasiswa sudah
sedemikian hebat akibat realitas kinerjanya. Birokrasi kampus seolah-olah begitu
kurang dalam memahami tugas yang sedang ia jalani, sehingga keefisienan yang di
maksud oleh weber terlihat jauh dari wajah birokrasi kampus sampai saat ini. Terlebih
lagi semangat yang Weber maksud, hampir tak melekat di wajah birokrasi kampus.
Pelayanan yang lama, bertele-tele, sambutan
yang tidak bersahabat masih mewarnai wajah birokrasi kampus. Sampai usaha
mengoper mahasiswa kesana sini yang sebenar-benar tujuan mahasiswa hanya ingin
mendapatkan informasi, masih kerap kali terjadi. Sebenarnya tidak tahu, atau
memang tidak mau tahu? Birokrasi kampus seakan tidak ingin di ganggu, kedatangan
mahasiswa di anggap telah mengganggu rutinitasnya. Lalu jika memang merasa
terganggu? Apakah sebenarnya tupoksi yang dimiliki? Saya kira jelas memberikan
pelayanan yang baik kepada mahasiswa. Lalu mengapa manifestasi dari tupoksi
yang dimiliki masih tampak jauh berbeda ?
Meluruskan Mind
set
Setiap masalah pasti ada akar
permasalahannya, Jika kita telah paham betul bagaimana bentuk, situasi, dan kondisi dari akar yang menjadi sumber masalah
yang kita hadapi pasti dengan mudahnya kita dapat mengusahakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Kaitannya dengan permasalahan mengenai wajah birokrasi kampus
sampai hari ini, kita harus terlebih dahulu mengetahui akar dari ternodanya
citra wajah birokrasi kampus. Menurut hemat saya, akar dari permasalahan ini
ialah kurangnya pemahaman dari birokrasi
kampus tentang tupoksi yang ia miliki, dan evaluasi yang minim dari pihak atas.
Ketika sebuah organisasi pelayanan
tidak betul-betul paham dengan tugas yang dimilikinya, secara langsung akan
terlihat hasil dari pekerjaannya yang tidak akan bisa maksimal. Untuk itu harus
ada upaya bagaimana para pelaku birokrasi kampus paham betul apa sebenarnya
tugas yang sedang ia jalani. Dalam artian, melakukan upaya meluruskan mind set penggerak birokrasi kampus tentang
tupoksi yang melekat pada dirinya. Ketika ini telah terwujud maka dengan
mudahnya birokrasi kampus akan ‘berkerja dengan hati’, sehingga ungkapan weber
mengenai spirit of formalistic
impersonality tidak akan mustahil untuk terwujud.
Bentuk
konkrit yang bisa dilakukan dalam usaha meluruskan mind set birokrasi kampus ialah dengan gencar melakukan kegiatan sosialisasi
mengenai tupoksi yang dimiliki birokrasi kampus itu sendiri. Hal ini bertujuan
agar birokrasi kampus semakin sadar akan tugas yang dimiliki, serta paham mengenai
tata cara bahkan prilaku dalam praktik kinerjanya.
Setelah
pertemuan rutin telah digencarkan, pihak kampus harus membuka rubrik khusus bagi
mahasiswa untuk memberikan penilaian terhadap kinerja birokrasi. Hal ini
bertujuan agar adanya indikator dalam melihat berhasil atau tidaknya upaya
sosialisasi yang sebelumnya telah dilakukan. Ketika adanya kerja sama baik dari
dalam yang berperan melakukan sosialisasi, dan dari pihak luar sebagai pemberi
penilaian. Tidak mustahil birokrasi yang baik akan terwujud.
Selanjutnya,
hal yang juga penting dalam mewujudkan birokrasi kampus yang baik adalah dengan
mengadakan evaluasi secara rutin. Sebab, dengan melakukan evaluasi secara rutin
kita akan tahu berbagai kekurangan kinerja birokrasi kampus dan bisa secepatnya
mengubah bahkan menghilangkannya. Evaluasi ini bijaknya harus dilakukan oleh
pimpinan kampus selaku pemegang kekuasaan tertinggi baik dalam me-menejemen sistem
kerja bahkan membuat regulasi.
Dalam
prosesnya, pimpinan kampus harus mengimbangkan antara reward and reprimand ( hadiah
dan teguran ) bagi para penggerak birokrasi kampus yang sudah bekerja sesuai
tupoksinya dan bagi mereka yang bekerja tidak sesuai tupoksi yang dimiliki. Pemberian
Reward bertujuan agar mewujudkan
persaingan dan memacu semangat penggerak birokrasi kampus untuk terus
memperbaiki pelayanan, serta memberikan teguran agar birokrasi kampus kembali
konsisten dalam menjalankan tupoksinya. Jadi dengan mengsinergikan antar sosialisasi,
penilaian publik, evaluasi rutin, reward
and reprimand, Birokrasi kampus yang baik secara keseluruhan pasti akan mudah
terwujud.
******
kenapa ukhti lak???^^
BalasHapus